Menyebarkan Ilmu (4)


Kasihan sekali! Siapa yang mau melapangkan pikirannya untuk menerima keanehan-keanehan ini dan terpaksa mau mengakui bahwa keanehan-keanehan tersebut merupakan khasiat-khasiat yang bisa diketahui lewat mu’jizatnya sebagian para nabi. Bagaimana dia bisa dmengingkari hal-hal seperti ini menurut apa yang dia dengar dari ucapan nabi yang senantiasa jujur lagi pula diperkuat dengan kehadirannya berbagai mu’jizat di mana nabi itu sama sekali belum pernah melakukan suatu kebohongan. Dan jika dia mau menganalisa tentang kemungkinan khasiat-khasiat ini terdapat di dalam bilangan rakaat, dalam lemparan jumrah, pada bilangan rukun-rukun haji dan ibadah-ibadah syara lainnya, niscaya dia tidak akan menemukan antara khasiat-khasiat berbagai ibadah tersebut dan antara khasiat-khasiat obat-obatan suatu perbedaan sama sekali.

Jika terdapat seseorang yang berkata: “Aku telah mengadakan eksperimen sedikit dari ilmu perbintangan dan sedikit dari ilmu kedokteran; sehingga aku telah berhasil menemukan sebagaimana sebagai suatu yang benar, dan sebagai akibatnya terbetiklah suatu kepercayaan dalam diri saya untuk membenarkannya tetapi hatiku menentukan untuk menjauhi serta berlari dari padanya. Sedangkan yang ini belum pernah saya uji, lalu dengan cara apa aku bisa mengetahui kewujudan serta kebenarannya, kendatipun aku telah mengakui kemungkinannya”, cukuplah aku katakan: “Sesungguhnya anda tidak cukup hanya membenarkan apa yang telah anda eksperimenkan, tetapi anda juga harus mendengarkan berita-beritanya orang-orang yang telah melakukan eksperimen dan anda haruslah mengikuti mereka. Dengarkanlah ucapan-ucapan para wali, sebab merekalah yang telah melakukan eksperimen dan benarbenar telah menyaksikan kebenaran pada segala apa yang telah diturunkan oleh syara. Ikuti dan berjalanlah di atas jalan yang telah ditempuh mereka, kelak anda akan menemukan dan mengetahui sebagian perkara-perkara itu dengan penglihatan yang nyata kendatipun anda tidak mengadakan eksperimen lebih dulu, sehingga dengan sendirinya akal fikiran anda memutuskan dan bisa memastikan wajib membenarkan dan mengikuti dengan tanpa bisa dibantah lagi.

Andaikata kita berasumsi ada seorang yang telah dewasa lagi pula berakal, namun dia belum pernah mengalami takut, tanpa disangka-sangka sebelumnya ternyata dia jatuh sakit. Dan kenyataannya dia masih memiliki seorang ayah yang sayang sekali kepadanya dan pandai sekali tentang ilmu kedoktrean di mana dia sudah mendengar pengakuan ayahnya yang terkenal pandai ilmu kedokteran semenjak dua mulai bisa berfikir. Kemudian ayahnya meracik obat-obatan untuk dirinya sembari berkata: “Ini baik sekali untuk mengobati sakitmu dan ini bisa menyembuhkan dari sakitmu”. Maka keputusan apa yang akan dicetuskan oleh akal fikiran anda, kendatipun obat tersebut terasa pahit di mulut dan tidak enak rasanya, apakah obat tadi anda minum? Ataukah anda mendustakannya dan berkata: “Saya tidak bisa mencerna dan menerima dengan akal fikiran saya akan segi persamaan obat ini untuk bisa menghasilkan kesembuhan, sebab saya belum mencobanya?” Sudah tidak diragukan lagi anda tentu akan mengatakan, orang yang berkata seperti itu adalah orang yang dungu. Demikian pula halnya, anda akan dikatakan dungu oleh orang-orang yang telah mempunyai penglihatan hati (Ahlul Bashair) dalam ketidaktentuan dan kepasifan anda.

Jika anda menanyakan: “Dengan cara apa aku bisa mengetahui belas kasih Nabi Muhammad SAW dan mengetahuinya dengan mengkaitkannya kepada ilmu kedokteran?” Jawabannya adalah: “Dengan cara apa anda bisa mengetahui kasih sayang ayahmu?” Bukankah hal kasih sayang merupakan perkara yang tidak bisa diraba dengan indera? Tetapi anda bisa mengetahinya lewat karenah-karenah tindak lakunya, bukti-bukti perbuatannya, dan lewat beberapa penampilannya di mana semuanya itu bisa anda ketahui secara alami yang tidak perlu adanya latihan dan andapun tidak akan bisa menyangkal kebenarannya.

Seorang yang mau memperhatikan dengan cermat terhadap ucapan-ucapan Nabi SAW dan sunnah-sunnah yang diturunkannya dalam tugas pentingnya memberi petunjuk kepada makhluk serta kasih sayang beliau kepada sesama manusia yang telah beliau curahkan tanpa pilih kasih sampai kepada pembentukan akhlak yang luhur serta usaha beliau dalam membaikkan hubungan antara kedua orang yang bertengkar, dan pokoknya secara keseluruhan usaha-usaha beliau yang mengarah kepada perbaikan umat di dunia dan akhirat, itu bisa dia peroleh lewat pengetahuan yang sifatnya dharuri (tak usah dicari) bahwa kasih sayang Nabi kepada umatnya itu lebih besar bila dibanding dengan kasih sayang orang tua terhadap anaknya.

Apabila seseorang mau menilik dan mau menganalisa terhadap berbagai keajaiban suatu perkara yang nampak pada diri Rasulullah SAW, mulai dari tindakan-tindakannya, keajaiban-keajaiban perkara ghaib yang telah dikhabarkan Al-Quran lewat omongannya, dan pada berita-berita yang lain sampai kepada berita-berita yang telah beliau tuturkan tentang keadaan akhir zaman sedangkan munculnya hal-hal tadi yang telah beliau sebutkan bisa diketahui dengan spontanitas—bahwa perkara-perkara tersebut memang telah sampai pada suatu tingkatan atau lingkungan yang berada di belakang akal fikiran, sehingga terbukalah mata yang bisa menyingkap segala tabir keghaiban di mana hal ini tidak bisa dilakukan kecuali olrah orang-orang khusus, di samping itu tersingkap pulalah berbagai [erkara yang tidak bisa ditangkap oleh akal.

Ini merupakan suatu jalan untuk menghasilkan ilmu dharuri tentang kebenaran Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu ujilah dan renungkanlah Al-Quran dan lihatlah hadits-hadits beliau niscaya anda akan mengetahui itu semua dengan mata kepala.

Kiranya uraian yang tidak begitu panjang ini mampu untuk mengingatkan dan menyadarkan ahli-ahli filsafat, di mana uraian singkat ini kami kedepankan mengingat perlu sekali di zaman yang sudah seperti ini.

Adapun sebab keempat adalah lemahnya iman dikarenakan buruknya perilaku para ulama, sehingga penyakit ini perlu adanya pengobatan tiga perkara:

  1. Hendaknya anda berkayat bahwa seorang pandai (alim) yang telah anda duga bahwa dia memakan makanan yang haram, pengetahuannya terhadap haramnya perkara yang haram itu seperti pengetahuan anda terhadap haramnya khamar (tuak) dan harta riba, bahkan terhadap keharamannya mempergunjing orang lain dan adu dimba, padahal anda tahu hal itu, tetapi anda melakukannya. Alasannya bukan tidak percaya bahwa hal itu merupakan tindakan durhaka, namun karena anda telah dikalahkan oleh nafsu anda sendiri. Demikian pula hawa nafsunya juga seperti hawa nafsu anda, di mana hawa nafsu itu telah berhasil menguasainya sebagaimana anda juga kalah oleh hawa nafsu. Sedangkan pengetahuannya selain hal-hal ini berbeda sekali dengan anda di mana pengetahuan tersebut tidak lagi berimbang bila hanya dikaitkan dengan sekadar melarang untuk tidak melakukan perkara-perkara yang dilarang oleh syara. Berapa saja orang yang percaya terhadap ilmu kedokteran namun dia tidak betah menahan dirinya untuk tidak makan buah-buahan dan air kendatipun dia dilarang oleh seorang dokter untuk tidak memakannya. Dan hal itu bukannya menunjukkan bahwa makanan dan minuman itu tidak membahayakan atau bukannya menunjukkan bahwa kepercayaannya terhadap dokter itu tidak tulus, namun hal ini sangat ditentukan sekali terhadap kekhilafan ulama itu sendiri.
  2. Katakanlah kepada seorang yang masih awam: “Seyogyanya anda menanam kepercayaan bahwa seorang yang pandai (alim) membikin ilmunya sebagai simpanan untuk dirinya untuk diambil kelak di akhirat, dan orang alim ini menduga bahwa ilmunya itulah yang nantinya akan bisa menyelamatkannya serta menolongnya sehingga dia tenang-tenang serta enak-enakan dalam beramal karena keutamaan ilmunya. Sekalipun kini mungkin akan menambah argumentasi bagi orang awam tersebut, namun hal itu akan menambah derajat bagi seorang alim dan ini sangat mungkin sekali. Sebab bagaimanapun juga andaikata dia (orang alim) tidak melakukan amal sama sekali, namun dia masih punya cadangan ilmu. Tetapi kalau anda, wahai orang awam, jika anda selalu menelitinya sedangkan anda sama sekali tidak mempunyai imu niscaya anda akan rusak sebab buruknya amal anda dan anda tidak memiliki penolong”.
  3. Menurut kenyataannya orang alim itu tidak akan senantiasa berbarengan dengan kemaksiatan, kecuali jika terjadi dengan tidak disengaja atau khilaf. Di samping itu dia tidak akan selalu menjalankan kemaksiatan-kemaksiatan, sebab ilmu hakiki (yang sebenarnya) adalah ilmu yang bisa untuk melihat dan mengetahui bahwa maksiat merupakan racun yang mematikan, bahwa akhirat itu lebih baik daripada dunia. Seseorang yang telah mengerti demikian itu niscaya dia tidak akan mau menjual perkara yang baik dengan sesuatu yang buruk.

Ilmu yang seperti inilah yang tidak bisa didapat dengan mengetahui berbagai macam ilmu yang digeluti oleh kebanyakan manusia. Oleh sebab itulah ilmu-ilmu tersebut tidaklah menambah kepada mereka kecuali berani untuk bermaksiat kepada Allah SWT.

Adapun ilmu hakiki mempunyai ciri khas menambah takut dan takwa bagi si pemiliknya, sehingga ilmu tersebut akan bisa merupakan benteng antara dirinya dan maksiat kecuali kekhilafan-kekhilafan yang senantiasa menempel pada diri setiap insan pada beberapa kesempatan, dan hal itu bukan berarti menunjukkan kemahnya iman. Sebab seorang mu’min tentu terkena fitnah lagi pula banyak taubatnya, dan dia sendiri tentunya dijauhkan dari terus-menerus melakukan maksiat.

Demikian inilah sesuatu yang hendak aku sebutkan dalam mencela ilmu filsafat dan Ta’lim beserta afat-afatnya serta berbagai afatnya orang yang mengingkari kedua ilmu tersebut kecuali dengan metodologinya.

Akhirnya kami memanjatkan do’a dan pertolongan kepada Allah Yang Maha Agung agar Dia mau menjadikam kami termasuk orang-orang yang telah Dia beri petunjuk menuju ke jalan yang benar serta Dia beri petunjuk dan selalu Dia beri ilham untuk senantiasa ingat kepada-Nya sehingga tidak akan melupakan-Nya, dan Dia jadikan termasuk orang-orang yang Dia lindungi dari kejahatan dirinya sendiri sehingga tidak ada yang bisa mempengaruhinya selain Allah dan semoga Dia menjadikan kami termasuk orang yang Dia murnikan untuk diri-Nya sendiri sehingga tidak akan menyembah kecuali kepada-Nya.

Tinggalkan komentar