Hakikat Kenabian (2)


Di antara hukum ilmu bintang terdapat sesuatu yang tidak bakal terjadi kecuali sesudah setiap seribu tahun sekali, lantas bagaimana caranya hal itu bisa diraih dan dicapai hanya sekadar dengan eksperimen (percobaan)? Demikian pula dengan khasiat-khasiatnya obat-obatan.

Dengan bukti ini menjadi jelaslah bahwa di dalam “kemungkinan kenabian”, terdapat cara untuk mengetahui perkara-perkara ini yang tak bisa ditangkap oleh akal, dan inilah yang dimaksudkan dengan nubuwwah (kenabian) karena nubuwwah merupakan suatu ibarat daripada perkara-perkara tersebut saja, bahkan mengetahui jenis yang keluar dari penemuan akal merupakan salah satu khasiat kenabian, di samping itu masih banyak khasiat lainnya. Sedangkan apa yang sudah kami sebutkan hanya merupakan satu tetes air di dalam lautan kenabian yang amatlah luas, di mana kami menyebutkannya karena anda memiliki contoh darinya yaitu penemuan-penemuan anda di dalam tidur, dan di samping itu anda juga memiliki berbagai ilmu yang sejenis dengannya yakni yang terdapat di dalam ilmu kedokteran dan ilmu bintang. Dan ilmu-ilmu inilah merupakan mu’jizatnya para nabi dan tidak akan bisa diraih dan dicapai oleh orang-orang yang hanya mengandalkan akalnya saja.

Adapun khasiat-khasiat kenabian lainnya, hanya bisa diketahui dengan dzauq (cita rasa) dari salah satu ajaran kaum sufi yakni “suluk”, sebab ini hanya bisa anda fahami dengan suatu contoh yang telah dikaruniakan kepada anda yaitu tidur, dan andaikan saja tidak ada tidur niscaya anda akan bisa membenarkannya.

Apabila seorang nabi memiliki suatu khasiat di mana anda tidak memiliki contoh (padanan) sehingga anda tidak bisa memahami sama sekal, lantas bagaimana anda bisa membenarkannya. Padahal pembenaran itu bisa dilakukan setelah anda bisa memahaminya secara gamblang. Contoh seperti itu bisa anda dapatkan dalam permulaan-permulaan tarekat tasawwuf sehingga anda bisa memperoleh suatu bentuk cita rasa dengan ukuran yang telah ditetapkan, dan suatu bentuk pembenaran yang tidak bisa anda peroleh lewat jalan qiyas.

Khasiat yang hanya satu ini yang sudah cukup sebagai dasar untuk mempercayai pokok kenabian.

Apabila di dalam hati anda terbetik keraguan terhadap orang tertentu, apakah dia benar-benar seorang nabi atau tidak? Maka anda tidak akan menjadi yakin kecuali setelah anda mengetahui keadaan orang tersebut yang adakalanya dengan musyahadah, khabar yang sudah tersebar luas atau dengan sekedar dengan-dengar saja. Sebab bila anda telah mengenai ilmu kedokteran dan ilmu fikih, maka bisa saja anda mengetahui ahli-ahli fikih dan beberapa dokter dengan hanya menyaksikan tingkah laku mereka dan ucapan-ucapan mereka kendatipun anda tidak mengetahui sendiri dengan mata kepala. Anda juga tidak akan tak berdaya untuk mengetahui keadaan Imam Syafi’i rahimahullah sebagai seorang yang ahli dalam ilmu fikih, dan posisinya Jalinus sebagai seorang ahli dokter terkenal dengan kenyataan sebenarnya bukan hanya sekadar ikut-ikutan terhadap orang lain, yakni dengan cara anda mempelajari sedikit dari ilmu fikih dan ilmu kedokteran serta menelaah buku-buku kedua orang tadi beserta karangan-karangannya, sehingga anda mengetahuinya dan mendapatkannya secara otomatis tentang keadaan mereka berdua. Demikian pula halnya jika anda memahami benar tentang arti kenabian, lantas anda banyak mengadakan penelitian dalam Al-Quran dan beberapa hadits, niscaya anda akan mendapat pengetahuan secara otomatis bahwa kedudukan Nabi Muhammad SAW berada pada puncak derajat kenabian yang paling tinggi, dan yang paling kuat. Hal itu bisa dibuktikan dengan apa yang beliau ucapkan dalam beberapa ibadahnya dan pengaruhnya di dalam menjernihkan hati.

Bagaimana beliau jujur dalam sabdanya:

“Barang siapa yang beramal dengan ilmu yang telah diketahuinya, niscaya Allah akan mewariskan ilmu yang belum dia ketahui” (Al-Hadits).

Dan bagaimana pula beliau jujur dalam sabdanya:

“Barang siapa yang menolong orang yang bertindak zalim, maka Allah akan menguasakan orang zalim itu padanya” (Al-Hadits).

Serta bagaimana pula beliau berlaku jujur dalam sabdanya:

“Barang siapa yang menjadikan beberapa duka citanya menjadi satu duka cita, niscaya Allah ta’ala akan mencukupkan duka cita dunia dan akhirat” (Al-Hadits).

Maka apabila hal itu anda coba dan anda eksperimenkan dalam seribu dan dua ribu bahkan dalam beribu-ribu kali, anda tentu akan memperoleh ilmu yang bisa ditangkap secara otomatis yang tidak bisa dibantah lagi. Dari cara yang seperti itu, carilah keyakinan tentang kenabian dan jangan cara kebenaran tongkat yang bisa berubah wujud menjadi ular serta terbelahnya rembulan. Sebab jika anda hanya melihat hal itu saja niscaya anda tidak akan bisa mengumpulkan berbagai bukti dan karenanya yang banyak dan tidak bisa dihitung. Barangkali anda nantinya akan menduga bahwa perubahan bentuk seperti di atas merupakan sihir, imajinasi dan fatamorgana serta suatu yang menyesatkan dari Allah, sebab Allah telah berfirman:

“Allah menyesatkan orang yang Dia kehendaki dan menunjukkan kepada orang yang Dia kehendaki” (Al-Mudatstsir: 31).

Akan sampai pula kepada anda tentang masalah mu’jizat, sebab apabila pancatan kepercayaan anda kepada omongan yang sudah diatur di dalam arah konotasi mu’jizat, maka akan menjadi kokohlah kepercayaan anda kepada omongan yang telah diurutkan pada segi kemusykilan dan keraguan, sehingga kejadian yang di luar adat seperti ini merupakan salah satu bukti serta salah satu karena pada sejumlah analisa anda, sampai anda benar-benar mendapatkan ilmu dharuri yang tidak perlu lagi anda menyebutkan dasar dan pancatannya dengan jelas seperti orang yang menerima khabar mutawatir dari sekelompok orang, di mana dia tidak mungkin menyebutkan bahwa keyakinan itu bisa diambil faidahnya dari seorang tertentu, bahkan dia akan tidak tahu dari mana dia mendapatkannya dan yang jelas khabar itu tidak akan keluar dari sekelompok orang tersebut, tetapi dia tidak akan bisa memastikan satuan-satuan orangnya. Maka yang demikian ini merupakan iman yang kuat dan didasarkan atas ilmu.

Adapun dzauq (cita rasa), dia bagaikan musyahadah dan memegang dengan tangan. Dan ini tidak bisa ditemukan kecuali di dalam cara tasawuf. Kadar dari pada hakikat kenabian ini sudah saya anggap cukup dalam mencapai sasaran yang aku maksudkan sekarang, dan akan saya sebutkan segi kebutuhannya.

Tinggalkan komentar